Test Food di Rumah Kebon Cengkeh

Seperti janjiku pada postingan sebelumnya untuk mereview hasil menyelusup alias test food di Rumah Kebon Cengkeh, maka ini laporan pandangan mata bapak, ibu, Kak Linda dan suami, Risma dan suami juga Ilen anak mereka.  Jangan kaget jika yang berangkat survey  satu kampung.  Ini demi sportifitas dan netralitas penilaian…huahahahhaha…

Berdasarkan informasi dari bu Nani, bahwa selamatan kemarin, pengantin mengambil catering Dendrobium, sama dengan catering yang rencananya akan kuambil.  RKC sendiri menyediakan berbagai paket, yakni :

 

PAKET PERNIKAHAN I : (Rp.  32.250.000 untuk 200 orang), akan mendapat fasilitas sebagai berikut :

Venue      : rumah Joglo, patio, rumah pohon, taman, lahan parkir, wisma bougenville 1 lantai.

Dekorasi : pelaminan standar, meja penerima tamu, kotak amplop, janur umbul-umbul

Catering : Dendrobium A @ Rp. 52.500/pax (buffet 100 % + 3 desserts + 3 stall)

 

PAKET PERNIKAHAN II : (Rp. 34.250.000 untuk 200 orang), akan mendapat fasilitas sebagai berikut :

Venue            : rumah Joglo, patio, rumah pohon, lahan parkir, wisma Bougenville 1 lantai

Penginapan : menginap 1 malam di wisma Bougenville untuk 10 orang dan villa Cattleya untuk 2 orang.

Dekorasi      : pelaminan standar, meja penerima tamu, kotak amplop, janur umbul-umbul

Catering      : Dendrobium B @ Rp. 57.500/pax (buffet 100 % + 4  desserts + 4 stall)

 

PAKET PERNIKAHAN III : (Rp. 37.750.000 untuk 200 orang), akan mendapat fasilitas sebagai berikut :

Venue            : rumah Joglo, patio, rumah pohon, lahan parkir, wisma Bougenville 1 lantai.

Penginapan : menginap 1 malam di wisma Bougenville untuk 10 orang dan villa Cattleya untuk 2 orang.

Dekorasi       : pelaminan standar, meja penerima tamu, kotak amplop, janur umbul-umbul

Catering       : Dendrobium B @ Rp. 57.500/pax (buffet 100 % + 4 desserts + 4 stall)

MC dan entertaiment, dimana pilihannya :

A.  Keyboard and singer

B.  Akustik (gitar, saxophone/biola, cajon/drum, keyboard dan vokalis)

C. Keroncong trend (gitar, violin, flute, ukulele, cello, bass dan vokalis.

Pada dasarnya, terdapat 5 paket pernikahan yang ditawarkan RKC.  Namun sementara ini aku batasi menulis 3 paket pertama yang kemungkinan aku pilih.  Untuk info lainnya, aku bisa mengirimkan detail pake pernikahan IV dan V by email, termasuk detail paket-paket catering lainnya.

 

Saat  Menyelusup di RKC

1.  Dekorasi

Pernikahan dilaksanakan sore hari, suasana remang-remang gitu deh.  Bapak dan ibuku terpikat dengan dekorasi sederhana sore itu.  Untuk bisa menilai secara obyektif, bapak dan ibuku harus meninggalkan konsep dekorasi pernikahan di gedung yang selama ini mereka temui.   Lokasi yang didekor cukup luas, meliputi rumah Joglo, rumah pohon hingga kebun.

Hasil hitungan di kertas, bila dekor seperti itu dilakukan di gedung, cukup menguras dompet juga.  Jadi sebetulnya, harga sewa venue dan dekorasi di RKC hampir sama jika kita menyewa gedung (tergantung harga sewa dan luas gedung).  Tempo hari, aku sempat survey harga sewa tenda dan dekor garasi, halaman depan dan samping (tidak termasuk bagian dalam rumah),  ternyata nembus 10 jeti, dapet bonus beberapa kursi lipat Chitose.  Itu harga persahabatan dari penata rias langganan keluarga.  *kepala kejatuhan bata.

Masalah tingginya biaya dekor bisa disiasati dengan membaca baik-baik paket pernikahan yang ditawarkan vendor.  Umumnya, setiap pemesanan catering minimum 1000 pax, sudah termasuk dekor standar baik untuk gedung, pelaminan dan buffet.  Tinggal cocokan dengan kebutuhan dan budget kalian.  Sayangnya, paket catering including dekor tidak berlaku pada kasusku karena  perkiraan tamu yang hadir maksimal 300 orang (bukan 300 undangan).  Itu udah termasuk anak-anak kecil.  Salah satu kelemahan small wedding, memang harus cermat menghitung jumlah kepala tamu yang akan hadir.

Resepsi besar umumnya jumlah undangan x 2.  Sedangkan untuk mengantisipasi jumlah undangan diluar dugaan, biasanya total catering ditambah 20 % sebagai makanan cadangan.  Balik lagi ke RKC,  bapak dan ibuku tidak sempat menunggu sampai makanan dihidangkan.  Menurut Kak Linda dan Risma, dekor dan suasana di RKC cocok untuk sore hari.   Pendapat yang sama juga dilontarkan orang tuaku.  Namun, agar tidak terlalu capek dan mengantisipasi tamu ogah berlama-lama kena macet Bandung sore hari dan weekend pula, bapak menyarankan untuk jam makan siang saja, selepas pemberkatan di gereja.  Ini ide yang tepat menurutku.

2.  Catering

Menurut Risma dan Kak Linda, makanannya enak-enak, penyajiannya pun menarik.   Cuma, mungkin pas bagianku nanti, makanannya harus lebih asin dikit lagi, maklum lidah Batak.  Beberapa menu yang tidak perlu dilirik adalah : rujak dan jajajanan pasar… Kalau tentang rujak aku sepakat.  Karena lagi-lagi, orang Batak tidak makan rujak.  Namun jajanan pasar masih harus aku fikirkan masak-masak karena dari dulu aku pengen ada jajanan pasar dan tekwan di nikahanku.

Dalam beberapa hari ke depan, aku harus memberi keputusan pada bu Nani.  Sekarang masih nunggu jadwal pemberkatan dari gereja, biar ga bolak balik revisi.  Masih budgetting juga… huahahahah…tetep ini mah.  Maklum, aku dan Mas Ipung takut salah mengambil keputusan.

Intermezzo

Oh ya, kenapa aku bilang peserta test food ini adalah para penyelusup?  Karena biasanya jika kita mau test food, biasanya daftar pada WO atau pemilik catering.  Meski aku sudah melaporkan bahwa orang tua dan kakak serta sepupu akan test food, tapi Kak Linda dan Risma melakukan ritual sebaliknya.  Mereka mah makan dan kenyang duluan baru laporan sama bu Nani.

Keuntungan pakai cara yang ditempuh kakakku ini, kita bisa bebas menilai cara kerja vendor.  Kekurangannya, bisa saja keluarga yang punya hajat memandang aneh atau menyadari ada tamu tak diundang di acara mereka.  Meski ini kecil kemungkinannya.  Biasanya, kita tidak terlalu peduli terhadap tamu yang hadir.  Sekalipun kita tidak kenal, biasanya kita mengira ”tamu tak diundang” ini adalah kerabat dari istri atau suami.  Tapi lagi-lagi hal ini berlaku pada resepsi dengan jumlah undangan banyak.  Pada small wedding, para tamu tak diundang ini mudah terlacak.

Begitu ya review sementara.  Mohon didoakan agar semua berjalan lancar.

Salam hangat,

Lintasophia

Sudah Sampai Manakah?

Serius ga sih kalau aku bakal nikah?  Rata-rata seperti itu pertanyaan teman-teman yang mengetahui aku bakal nikah.  Jawabnya : serius banget!  Trus, persiapannya udah nyampe mana?  Biasanya jawabanku yang tadi akan diikuti pertanyaan seperti itu.  Aku bisa menjawab bahwa persiapan sudah sampai pada jas bapakku dan Mas Ipung… Nah lho?

Iya, setelah  membahas masalah nikahan ini dan mungkin bapak menangkap tanda-tanda bahwa kali ini anaknya yang keras kepala  ini serius, maka bapak langsung menjahitkan jas.  Tidak tanggung-tanggung, langsung 2 jas sekaligus.   1 jas, kalau tidak salah warna abu-abu untuk kebaktian pertunangan di gereja dan jas hitam pas pemberkatan nanti.  Awas lho pak,  nanti jangan lebih cakep dari Mas Ipung… *ngikik.

Agar tulisan tidak terlalu panjang, aku batasi sampai venue Rumah Kebon Cengkeh ya…  Tulisan tentang Galeri Cinde pada halaman yang lain :

1.  VENUE

A.  Rumah Kebon Cengkeh (www.rumahkeboncengkeh.wordpress.com)

Persiapan lainnya?  Masih dalam tahap hunting.    Seandainya kemaren konsep acara cepat diputuskan, maka masalah venue bisa cepat terselesaikan.   Aku dan Mas Ipung sepakat untuk semi outdoor.  Alasannya sudah aku ungkapin di tulisan sebelumnya.  Kita butuh suasana yang hangat, intim dan homy.  Rasanya, gedung sekalipun didekor ala pesta kebun tetap  tidak mampu menjawab kegelisahan kita….tsaaahhh…

Sejak tahun lalu, aku dan Mas Ipung udah ngecengin Galeri Cinde dan Rumah Kebon Cengkeh.  Hanya saja, kemarin itu tidak ada rencana menikah tahun depan, jadi kita ga survey-survey pas aku mudik kemaren… Nyesel banget deh.  Kalau sekarang, aku dan Mas Ipung cukup berpuas diri berdasarkan laporan selayang pandang bapak, ibu, kakak dan sepupuku.

Berdasarkan informasi dari Bu Nani (pemilik Rumah Kebon Cengkeh), Sabtu 21 September ini ada nikahan di Rumah Kebon Cengkeh.  Ibu dan sepupu akan maen ke RKC lihat penampilan lokasi sambil icip-icip.  Kebetulan yang akan hajatan mengambil paket yang sama dengan paket yang akan kita ambil.  Semoga hasil icip-icipnya pas di lidah ibuku, biar jadi selametan di sana.

Kenapa sih aku dan Mas Ipung kesannya ”ngotot” banget di RKC?  Jawabnya, karena lokasi yang kita impikan memang terpenuhi di RKC.  Dulu sempat terfikirkan menikah di alam terbuka, dimana kelak bila kami sudah punya anak, kami bisa ajak anak kami berkunjung kembali ke sana untuk liburan.

Berikut alasan utama kenapa memilih RKC menurut versi aku dan Mas Ipung ;

a.  Suasana alam

Ini alasan utamanya.  Apalagi Mas Ipung berlatar belakang pecinta alam dan sampai sekarang masih aktif.    Rumah kita di Bantul juga dikelilingi pegunungan Bukit Menoreh,  dengan hamparan sawah mengepung menuju perumahan sederhana kami.  Mungkin kami juga jenuh dengan hingar bingar kota…hehehheeh….  Nah, RKC ini terletak di Bojongkoneng yang dalam bayanganku memang posisinya berbukit gitu dengan pemandangan kota Bandung.  

Tidak banyak resensi yang berhasil aku kumpulkan dari teman-teman dekat, kecuali Ocha yang sudah pernah dapet job dokumentasi.  Menurutnya, dalam arti positif  RKC patut dipertimbangkan.  Dari segi harga paket yang ditawarkan masih dalam kategori wajar dan tidak mahal.  Sebagai perbandingan,  tahun 2006 Ocha menikah di Puri Setiabudi dengan konsep yang sama (semi outdoor) dan porsi catering yang sama, Ocha membayar dengan harga yang sekarang ditawarkan oleh RKC.  So, hal ini patut dipertimbangkan dalam membuat keputusan.

b.   Rumah Joglo

Mewakili suasana Jogja tempat tinggal kita kelak.  Dulu kita punya angan-angan, sebelum menikah punya penginapan di Jogja dan akan syukuran menikah di sana.  Yang ini nyaris terwujud sampai akhirnya untuk sementara impian ini kandas karena rumah di Bandung sedang bersengketa.  Untuk sementara kita nebeng di RKC dulu deh…   Singkat cerita, kita jatuh cinta pada RKC.  Sayangnya ibuku kurang sreg.   Komentar pertama ibuku setelah survey ke RKC seperti ini :

”Nit, kamu teh serius mau nikah di kebun?”  dengan penuh hormat pada orang tua, aku menjawab secara takzim ”Ya namanya pesta kebun memang di kebun, masak di gedung?…” Maklumlah, ibuku orang tua yang konvensional.  Selama ini beliau mendapat undangan pernikahan di gedung.  Untungnya, setelah melihat  foto-foto RKC di internet, ibuku mulai terbuka fikirannya.  Katanya ” Ternyata bagus ya setelah di dekor.”   Heheheeh… Puji Tuhan!

c.  Fasilitas Lengkap

Untuk kalian yang merencanakan small wedding, pertemuan atau acara lainnya, bisa melirik tempat ini.   Karena RKC juga menyediakan villa (kapasitas 2 orang) dan wisma (kapasitas 10 orang).   Maksimal tamu 400 orang lho…  Jadi, jumlah undangan memang harus dihitung secara teliti.  Keterbatasan tempat di RKC ini bisa kamu pakai sebagai alasan untuk membatasi jumlah undangan.  *smile

d.  Catering

Untuk dapat menggunakan RKC, maka kamu minimal mengambil 3 item, yakni : catering, venue dan dekor.  RKC sudah memiliki catering rekanan dan tidak boleh memakai catering dari luar.  Nah, setiap paket pernikahan sudah termasuk catering untuk 200 pax.  Kekurangan catering tinggal menambah sekitar Rp. 52.500 sampai Rp. 57.500 per porsinya, tergantung paket mana yang kamu ambil.

Untuk paket-paket di RKC, silakan kontak : http://www.rumahkeboncengkeh.wordpress.com.   Berdasarkan pengalaman email-emailan dengan bu Nani, beliau sangat cepat menjawab email yang masuk.  Setelah beberapa kali komunikasi, aku menangkap bahwa bu Nani juga humoris dan funky.  Mungkin karena sering mengurus anak muda yang akan menikah.  Entah nanti jadi atau tidak kita selametan di RKC, aku tetap merekomendasikan RKC sebagai tempat melewatkan momen spesial hidupmu.

Sementara review venue sampai di sini dulu.  Besok-besok kita bahas Galeri Cinde.  Bakal ada review lagi tentang RKC setelah hari Sabtu ini.  Son, don’t miss it.  Sampai jumpa dan salam hangat,

Lintasophia

I